Minggu, 07 Juni 2015

Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III



JUDUL :

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

LATAR BELAKANG PENELITIAN
Tingkat kesehatan perempuan Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Keberhasilan pembangunan nasional dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat yang dipantau dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Jawa Timur ditahun 2013 ini angka kematian ibu melahirkan meningkat secara angka yakni mencapai 474 kasus ibu meninggal saat melahirkan, dibandingkan pada tahun 2012 angka kematian ibu melahirkan hanya 450 kasus.
Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa  penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain: perdarahan 42%,  eklamsia/preekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain  15 %. Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Kediri tahun 2012 antara lain disebabkan karena preeklamsia atau eklamsia 32,4%, perdarahan 8,1%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7% dan lain-lain 51,4% (Dinkes Kabupaten Kediri, 2012).
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko preeklampsia meliputi status primigravida (kehamilan pertama), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat preeklampsia dalam keluarga (Linda J. Heffner, Danny J. Schust, 2005).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab terjadinya preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklampsia dan eklampsia (multiple causation). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2007).
Sedangkan menurut Sistiarani (2008) pre eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil yang ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg, adanya protein dalam urin, serta odema pada tungkai dan kaki. Hal tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi komplikasi pada janin yang dilahirkan, di antaranya BBLR, dan asfiksia neonatorum.
Bertitik tolak pada latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mepengaruhi kejadian preeklamsia di wilayah kerja puskesmas Bendo.

Tujuan Penelitian
1.      Mengidentifikasi faktor usia pada ibu hamil trimester III.
2.      Mengidentifikasi faktor gravida pada ibu hamil trimester III.
3.      Mengidentifikasi faktor riwayat hipertensi pada ibu hamil trimester III.
4.      Mengidentifikasi faktor social ekonomi keluarga ibu hamil trimester III.
5.      Menganalisis hubungan antara usia dengan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.
6.      Menganalisis hubungan antara gravida dengan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.
7.      Menganalisis hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.
8.      Menganalisis hubungan antara social ekonomi keluarga dengan kejadian pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.
9.       Menganalisis hubungan antara usia, gravida, riwayat hipertensi, social ekonomi keluarga dengan kejaidan pre eklampsia pada ibu hamil trimester III.

TINJAUAN TEORI
Pre Eklamsia
1.      Pengertian Pre Eklamsia
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke 3  kehamilan. Tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Suryaningsih, 2011).
Preeklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu bila terjadi penyakit trophoblastik (Manuaba, 2010).
Pre eklamsia adalah suatu sindrom khas-kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel (Leveno, 2009).
2.      Etiologi Pre Eklamsia
Etiologi menurut Manuaba (2010) faktor yang mempengaruhi pre eklamsia yaitu :
1.      Primigravida
2.      Distansi rahim berlebihan
3.      Hidramnion; hidramnion, hamil kembar, mola hidatidosa,
4.      Penyakit yang menyertai kehamilan; diabetes mellitus
5.      Kegemukan
6.      Usia ibu > 35 tahun
Etiologi Menurut Leveno (2009) insiden preeklamsia dipengaruhi antara lain :
1.      Paritas, dengan wanita nulipara lebih besar resikonya dari pada multipara
2.      Kehamilan ganda
3.      Riwayat hipertensi kronis
4.      Usia ibu > 35 tahun
5.      Berat badan ibu berlebihan
6.      Selain itu teori yang lain didasarkan pada teori yang dihubung-  hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut “disease of theory”gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
a.       Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).
b.      Peran Faktor Imunologis
Pre eklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
c.       Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian pre eklamsia antara lain:
1.      Pre eklamsia hanya terjadi pada manusia
2.      Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre eklamsia pada anak –anak dari ibu yang menderita preeklamsia
3.      Kecenderungan meningkatnya frekwensi preeklamsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsia dan bukan pada ipar mereka
4.      Peran Renin-Angiotensis-Aldosteron Sistem (RAAS)
5.      Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil. Disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu, bila ibu hamil sudah ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya pre eklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain: gizi buruk, kegemukan  dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya preeklamsia , preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 35 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre eklamsia sebelumnya, riwayat pre eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis (Rukiyah, 2010).

3.      Klasifikasi Pre Eklamsia
Beberapa klasifikasi pada pre eklampsia, di antaranya:
1)      Pre eklamsia Ringan
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini anggap sebagai ” maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala klinik preeklamsia ringan meliputi:
a.       Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih,  diastole  15mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih, atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
b.      Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif (+ 1) atau  (+2).
c.       Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, muka atau tangan.
2)      Pre eklamsia Berat
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria.
Gejala klinis preeklamsia berat:
a.       Tekanan darah sistolik >160 mmHg, tekanan darah diastolic >110 mmHg
b.      Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c.       Trombosit <100.000/mm3
d.      Oliguria < 400 ml/24 jam
e.       Proteinuria > 2 gr/liter
f.       Nyeri epigastrium
g.      Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
h.      Perdarahan pada retina
i.        Odem pulmonum
j.        Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklamsia tak segera diatasi dengan baik dan benar.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional, dengan pendekatan atau desain studi kasus kontrol (casecontrol study) yaitu rancangan studi yang mempelajari hubungan antara faktor penelitian/paparan dan penyakit dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah suatu faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian efek (preeklampsia) dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di wilaya kerja Puskesmas Bendo.


               [Type the document subtitle]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar